GARUDA PERKUAT STRATEGI SKY BEYOND HADAPI TANTANGAN 2016-2020
01-Aug-2016 Pendapatan Cargo meningkat 8 persen, Jumlah Penumpang Diangkut Mencapai 16.6 Juta Penumpang, dengan Tingkat OTP 91.3 persen
PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (IDX: GIAA) pada periode semester satu tahun 2016 terus memperkuat implementasi dari strategi Sky Beyond yang sudah ditetapkan manajemen, guna menjawab tantangan industri penerbangan hingga lima tahun ke depan (2016 - 2020), termasuk melanjutkan tahapan investasi (investment stage) ke proses ekspansi bisnis yang tetap prospektif, walau mengalami banyak tantangan dari faktor eksternal maupun internal.
"Secara umum terdapat dinamika yang mempengaruhi performa Garuda Indonesia pada perkembangan di semester satu ini secara grup. Namun demikian masih dalam kondisi yang terukur sehingga tetap dapat menunjukkan progress yang lebih baik sesuai proyeksi manajemen di semester dua mendatang. Manajemen masih memiliki waktu, kesempatan dan peluang untuk terus melanjutkan pertumbuhan positif yang sudah diperolehnya di tahun 2015," kata Direktur Utama Garuda Indonesia M. Arif Wibowo di Jakarta, Senin (1/8).
Arif Wibowo mengemukakakan hal tersebut usai menggelar analyst meeting di kantor Garuda Indonesia di kawasan Kebon Sirih, Jakarta, dengan didampingi lengkap seluruh jajaran direksi Garuda Indonesia dan direktur utama anak perusahaan.
Arif Wibowo juga memaparkan strategi Garuda Indonesia 'Sky Beyond', strategi bisnis yang berfokus pada tiga pilar utama, yaitu Return Maximization, Excellent Indonesian Hospitality, dan Group Synergy, ditambah penerapan kebijakan efisiensi keuangan perusahaan yang terus berlangsung namun secara proporsional. Dengan demikian manajemen tetap bisa memperoyeksikan pertumbuhan positif hingga tahun 2020.
Arif mengemukakan, situasi perekonomian global yang belum kondusif, pada periode semester satu ini turut mempengaruhi kinerja maskapai, namun Garuda Indonesia mampu mencatatkan hal positif, mulai dari peningkatan pendapat bisnis cargo, peningkatan jumlah penumpang, tingkat ketepatan penerbangan (OTP - On Time Performance) yang mencapai 91,3 persen, hingga prestasi internasional yang mampu dipertahankan tiga kali berturut-turut untuk The World's Best Cabin Staff" sejak 2014 (hat-trick).
Pendapatan yang cukup signifikan dari direktorat cargo tercatat sebesar USD 107,78 juta, walau baru dipimpin dua bulan oleh Direktur Cargo (jabatan baru setara direksi sejak April 2016). Pendapatan tersebut meningkat 8 persen dibanding periode yang sama di tahun 2015 sebesar USD 99,8 juta. Sedangkan jumlah cargo yang diterbangkan pada periode ini mencapai 198.354 ton, atau meningkat 12,6 persen dibanding periode yang sama pada 2015 sebanyak 176.123 ton.
Direktur Utama Garuda Indonesia M. Arif Wibowo mengatakan bahwa peningkatan kinerja cargo Garuda merupakan salah satu hasil dari strategi fokus pada cargo yang dimulai awal tahun 2016 lalu.
"Sejak dibentuk April lalu, Garuda Indonesia fokus untuk meningkatkan kinerja cargo dengan membentuk unit bisnis setingkat direktorat. Tujuannya jelas, memperkuat bisnis perusahaan di samping angkutan penumpang. Sampai dengan periode Juni 2016, terlihat bahwa strategi tersebut cukup berhasil," kata Arif.
Mengenai kinerja operasional, Arif Wibowo menjelaskan, terjadi peningkatan jumlah penumpang sejalan dengan pengembangan jaringan dan frekuensi penerbangan baik rute domestik maupun rute internasional yang dilakukan secara berkelanjutan. Garuda Indonesia dan Citilink Indonesia selama semester satu berhasil menerbangkan sebanyak 16.592.908 penumpang, atau meningkat 4,4 persen dibanding periode yang sama tahun lalu sebanyak 15.900.961 penumpang. Garuda Indonesia sendiri menerbangkan 11.422.898 penumpang (sebanyak 9.309.636 penumpang domestik dan sisanya sebanyak 2.113.262 penumpang internasional). Sedangkan Citilink Indonesia menerbangkan sebanyak 5.170.010 penumpang.
Sejumlah rute baru juga dibuka baik domestik dan internasional. Beberapa rute domestik antara lain penerbangan Jakarta - Silangit (Sumatera Utara) dan penerbangan ke Sintang (Kalimantan Barat) pada Maret 2016. Sementara rute internasional juga dilakukan pembukaan rute baru Jakarta - Madinah dan pembenahan seperti rute Jakarta - Singapura - London yang pindah dari Gatwick ke Bandara Heathrow.
Frekuensi penerbangan Garuda Indonesia (domestik dan internasional) pada periode ini juga mengalami peningkatan mencapai 133.800 penerbangan, meningkat 9,3 persen dibanding tahun lalu yang sebanyak 122.403 penerbangan. Kapasitas produksi (availability seat kilometer/ASK) juga meningkat sebesar 13,4 persen menjadi 29,58 miliar dari 26,08 miliar seat kilometer pada periode yang sama di 2015.
Sejalan dengan program pengembangan jaringan yang berkelanjutan, Garuda Indonesia tercatat meningkatkan kapasitas produksiya (ASK) pada rute-rute yang diterbangi. ASK untuk rute Eropa meningkat sebesar 70,7 persen, ASK untuk China market meningkat sebesar 38,5 persen, ASK untuk rute Timur Tengah meningkat 40,5 persen, dan ASK domestik meningkat sebesar 9,1 persen.
"Dalam investment stage saat ini, terjadi peningkatan kapasitas produksi pada rute-rute yang dilayani Garuda. Di samping sebagai upaya mempertahankan market share-nya, peningkatan kapasitas ini juga sebagai upaya persiapan menghadapi peak season di semester kedua. Proyeksi ke depannya, ketika perekonomian global membaik, Garuda siap dengan kapasitas yang memadai" tambah Arif.
Tingkat ketepatan waktu penerbangan (On Time Performance - OTP) Garuda Indonesia juga meningkat menjadi 91,3 persen dibanding tahun lalu yang sebesar 89,7 persen. Tingkat isian penumpang (Seat Load Factor - SLF) pada periode ini tercatat mencapai 70,8 persen, dengan utilisasi pesawat sebesar 08:46 jam.
Pada sisi kinerja finansial, Arif Wibowo mengatakan, sejak melakukan ekspansi bisnis pada awal tahun Garuda Indonesia membukukan pendapatan sebesar USD 1,764 miliar, atau menurun 4,1 persen dibanding periode yang sama tahun lalu yang sebesar USD 1,84 miliar. Garuda Indonesia juga membukukan rugi bersih tahun berjalan (net loss year to date) sebesar USD 63,2 juta, atau menurun dibanding tahun lalu dengan pembukuan laba sebesar USD 29,3 juta pada periode yang sama.
Meskipun industri penerbangan di kawasan Asia-Pasifik mengalami persaingan yang ketat dan mempengaruhi penerbangan domestik maupun internasional, posisi Garuda Indonesia pada periode saat ini mencatatkan market share sebesar 40,5 persen untuk pasar domestik, sementara market share untuk pasar internasional mencapai 26,5 persen.
"Dinamika saat ini merupakan bagian dari tahapan investasi yang dilakukan sebelumnya, namun masih tetap dalam koridor yang diperhitungkan secara terukur. Pembelian pesawat baik untuk Garuda Indonesia dan Citilink pada tahun-tahun sebelumnya, merupakan bagian dari strategi bisnis peremajaan pesawat untuk jangka panjang. Manajemen sudah memprediksi dengan matang sebagai upaya meningkatkan daya saing Garuda Indonesia Group untuk bisa menjadi global player," kata Arif Wibowo.
Saat ini Garuda Indonesia Group mengoperasikan total 194 pesawat, dengan rata-rata usia pesawat 5 tahun. Garuda Indonesia mengoperasikan sebanyak 148 pesawat yang terdiri dari Boeing 777-300ER (10), Airbus A330-200/300 (25), Boeing 747-400 (2), Boeing 737-800NG (79), Bombardier CRJ1000 NextGen (18), dan ATR72-600 (14). Citilink sendiri mengoperasikan sebanyak 46 pesawat, yang terdiri dari Airbus A320 (38) dan Boeing 737-300/500 (8). Sampai dengan akhir 2016, Garuda Indonesia Group akan mengoperasikan total 197 pesawat; Garuda Indonesia 144 pesawat dan Citilink 53 pesawat.
Menganai kinerja services, Manajemen menerapkan program "Excellent Services" yang mengharuskan pengembangan layanan secara berkelanjutan. Hal itu terbukti membuahkan prestasi yang luar biasa, yaitu awak kabin Garuda Indonesia berhasil meraih penghargaan "The World's Best Cabin Staff" dari Skytrax (lembaga pemeringkat penerbangan independen di London) tiga kali berturut-turut (hat-trick) sejak tahun 2014 hingga 2016.
Prestasi dunia untuk ketiga kalinya itu diraih dalam ajang Skytrax World Airline Award 2016 yang berlangsung pada Farnborough Air Show 2016. Selain World's Best Cabin Staff, di pameran internasional tersebut, Garuda Indonesia kembali mempertahankan reputasinya sebagai maskapai dengan layanan bintang lima, di antaranya; Top 5 World's Best Airlines in Asia, Top 10 World's Best First Class Airlines, Top 10 World's Best Economy Class Airlines. Selain Skytrax, Garuda Indonesia juga meraih penghargaan "Outstanding Food Service by a Carrier" oleh Pax International Magazine, dan Top 10 World's Most Favorite Airlines versi TripAdvisor.
Penilaian Skytrax murni berdasarkan "Customer Satisfaction Survey" yang dilaksanakan secara global pada periode Agustus 2015 sampai dengan Mei 2016, yang melibatkan lebih dari 19 juta penumpang dari 104 negara. Survei dilaksanakan terhadap lebih dari 280 perusahaan penerbangan internasional, dan diselenggarakan setiap tahunnya dengan mengukur 41 aspek utama terkait produk dan layanan yang diberikan oleh perusahaan penerbangan.
PERSIAPAN PERPINDAHAN OPERASIONAL GARUDA INDONESIA KE TERMINAL 3
Terkait rencana pengoperasian Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta dalam waktu dekat ini, Garuda Indonesia menyatakan kesiapannya untuk perpindahan operasional penerbangan ke terminal baru berkapasitas 25 juta penumpang tersebut. Garuda Indonesia telah melaksanakan beberapa uji coba kesiapan operasi yang melibatkan seluruh unit pelayanan penumpang di Bandara, untuk memastikan semua aspek keselamatan dan keamanan penerbangan dan pelayanan penumpang berjalan sesuai standar prosedur yang ada.
Direktur Utama Garuda Indonesia, M. Arif Wibowo menyampaikan bahwa kelancaran proses persiapan perpindahan tidak terlepas dari dukungan dan kerja sama yang baik dari Kementrian Perhubungan dan PT Angkasa Pura II. Garuda Indonesia, Kementerian Perhubungan, dan AP II sama-sama mendasari pengoperasioan terminal 3 kepada faktor-faktor yang menyangkut keamanan, keselamatan dan juga kenyamanan penumpang sebagai hal yang bersifat mandatory.
"Kami sudah siap melayani, tinggal menunggu verifikasi akhir dari Kementerian Perhubungan mengenai persetujuan pengoperasian Terminal 3. Pada tahap awal, Garuda Indonesia akan memindahkan seluruh penerbangan domestiknya. Setelah itu lancar, baru ke depannya penerbangan internasional," kata Arif.
Terminal 3 Soekarno-Hatta diproyeksi menjadi bandara transit terbesar se-Asia Tenggara. Keberadaan Garuda Indonesia di Terminal 3, dapat menaikkan daya saing, branding garuda Indonesia, dan juga kemampuan flag carrier nasional tersebut sebagai global player dalam industri penerbangan. Terminal 3 merupakan langkah strategis bersama antara pemerintah dan BUMN dalam meningkatkan kapasitas dan kapabilitas penerbangan Indonesia.